Kamis, 11 September 2008

Profesionalisme Guru Menjelang Perubahan Wajah Dunia

1. Latar Belakang
Sebutan guru telah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.Konon sejak jaman Hindu dan Budha sebutan guru sudah terbiasa di telinga masyarakat. Arti sebuta guru pada saat itu tidak banyak berbeda dangan arti yang dipakai sekarang, yaitu orang yang profesinya (pekerjaannya atau mata pencahariaannya) mengajar. Pada jaman Kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya dan Majapahit, sebutan guru merujuk kepada konsep salah satu nama Siwa, yaitu Batara Guru.Batara Guru dalam agama Hindu mempunyai kedudukan, wewenang dan kekuasaan yang sangat besar. Oleh karena itu,Batara Guru sangat disegani oleh batara-batara lainnya.
Di Jawa terdapat istilah Soko Guru. Soko berarti tiang, dan guru berarti utama. Jadi, soko guru berarti tiang utama, yaitu tiang yang menyangga beban terberat dari bangunan rumah.Oleh karena itu,soko guru pada umumnya tiang yang besar dan kuat serta berada di tengah bangunan. Selaras dengan itu, guru mempunyai tugas menyangga beban yang berat (mulia). Karenanya, ungkapan guru pantas dan layak digugu dan ditiru cukup mewarnai kehidupan masyarajat Jawa. Itulah sebabnya, guru sering menjadi tumpuan pertanyaan, pengaduan dan sumber segala aktivitas kehidupan masyarakat , lebih-lebih masyarakat di pedesaan.
Kata guru juga sering diberi tambahan partikel sang di depannya menjadi Sang Guru adalah jabatan atau kedudukan terhormat dan mempunyai tanggung jawab yang berat (mulia). Jika guru rusak dapat diibaratkan rumah yang rusak tiangnya, akibatnya rusak pula murid-muridnya dan rusak atau hancur harpan masa depan suatu bangsa. Ingat “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Atas dasar ulasan diatas dapat dikatakan bahwa guru adalah pemimpin utama yang menjadi tulang punggung atau kekuatan yang menjadi andalan dalam menengemban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

1.1. Guru sebagai pendidik.
Sejalan dengan kemajuan masyarakat dan peradaban bangsa pengertian guru mengalami penajaman . Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional Bab 1 ayat 8 disebutkan bahwa tugas tenaga pendidik adalah membimbing,mengajar dan atau melatih peserta didik. Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu . Akan tetapi guru dalam menjalankan tugasnya akan berorientasi kepada pembentukan anak didik dalam mencapai kedewasaannya.Tugas guru sebagai pendidik lebih tertuju pada garapan aspek moral,kepribadian dan tingkah laku siswa menjadi manusia dewasa (matang secara emosional,memilikimoral luhur,kepribadia kuat dan positif,serta bertingkah laku dalam batas-batas yang disepati masyarakat.
Guru sebagai pendidik juga tercermin dari sikap dan kinerja yang memperhatikan dan menerapakan sesanti Ing Ngarso Sung Tulodo,Ing Madya Mangun Karso,dan Tut Wuri Handayani .Ia harus menjadi teladan bagi siswanya,sebagai mitra yang dapat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi siswanya dan berfungsi sebagai pendorong dan motivator dalam belajar.Dengan demikian guru lebih banyak berfungsi sebagai orang tua kedua bagi siswanya.

1.2. Guru sebagai Pengajar.
Dalam UU Sistem Pendidikan Naasional dijelaskan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat untuk melaksanakan tugas utama mengajar (bidang studi atau mata pelajaran tertentu).
Sebagai pengajar, guru memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan aspek intelektual anak didik. Ia menjadi ujung tombak dalam pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar, bertanggung jawab terhadap kemampuan intelektual,ia harus mampu membuat anak didik berfikir kritis,bernalar benar dan mengenal serta memahami disiplin ilmu yang diajarkan dan pada gilirannya dapat menjadi bekal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, serta bekal dalam memasuki dunia nyata. Disamping itu ia juga memiliki tanggung jawab terhadap proses pendewasaan anak didik,proses pendewasaan anak serta membuat anak didiknya menjadi orang yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi serta berakhlak mulia.

1.3. Guru sebagai pelatih.
Sebenarnya konsep guru sebagai pelatih telah tercakup pada tugas guru sebagai pendidik dan pengajar. Melatih bagi seorang guru dapat dilakukan ketika ia sedang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik atau ketika sedang mengajar.Bahkan dapat terjadi dalam melaksanakan tugasnya, guru sekaligus mengajar,mendidik dan melatih anak didik. Dari ketiga tugas guru yang diuraikan dapat dikonotasikan dalam penekanan yang berbeda .Tugas mengajar berkonotasi pada aspek intelektual,tugas mendidik berkonotasi pada penekanaan aspek moral dan tugas melatih berkonotasi paiikada aspek ketrampilan.

1.4. Guru sebagai fasilisator pendidikan.
Perkembangan ilmu di bidang pendidikan, khususnya dunia pengajaran dewasa ini memandang guru bukan semata – mata bertugas mengajar atau memberikan pelajaran, melainkan telah bergeser menjadi membelajarkan siswa. Mengajar mempunyai konotasi sekedar memberikan pelajaran dan siswa menerima pelajaran; prosesnya disebut pengajaran, dan siswanya disebut pelajar. Konsep pembelajaran mempunyai konotasi membuat siswa belajar (berupaya dengan berbagai cara agar siswa belajar) sehingga siswa tidak sekedar menerima pelajaran, tetapi belajar;prosesnya disebut pembelajaran, gurunya pembelajar dan siswanya disebut pebelajar. Untuk membuat siswa belajar, guru harus memfasilitasi atau memberikan fasilitas untuk belajar.
Bagaimana menjadi guru yang bermakna ?. Pendidikan merupakan upaya dimasa depan. Pendidikan dianggap bermutu apabila lulusannya mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan yang dihadapi. Karena tujuan pendidikan itu sendiri adalah mengembangkan komponen-komponen pendidikan untuk mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan,sebagaimana tujuan yang diharapkan dari pembelajaran yang berbasis life skill yaitu:
1.4.1. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
1.4.2. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan yang berbasis luas.
1.4.3. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada dimasyarakat,sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Dalam hal ini guru dituntut untuk mau dan mampu untuk mengkontekskan problem kehidupan dengan pemecahannya

2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Mempersiapkan guru dalam menghadapi perubahan jaman.
Mengetahui apa yang harus dilakukan Guru, agar pendidikan diIndonesia bisa mengikuti kemajuan pendidikan di negara lain. Karena dari komparasi internasional,mutu pendidikan di Indonesia di Indonesia kurang menggembirakan.Human Development Index (HDI ) tahun 2001 Indonesia menduduki peringkat ke 102 dari 106 negara yang disurvei, satu peringkat dibawah Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Indonesia .Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah penyempurnaan secara mendasar,konsisten dan sistematik

3. Masalah
Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan profesionalisme guru dalam menghadapi perubahan wajah dunia adalah:
3.1. Perkembangan Sain Dan Teknologi
Perkembangan teknologi pada akhir abad XX ini berlangsung sangat cepat, terutama bertumpu pada tiga bidang: bio-teknologi, material science atau teknologi bahan dan teknologi Elektronika dan Komputer. Perkembangan bio-teknologi telah mempengaruhi berbagai jenis produk, seperti bidang kesehatan dan obat-obatan dan bahan makan. Temuan-temuan bio-teknologi akan menghasilkan berbagai produk sinthesis. Di bidang ilmu bahan, telah memungkinkan diciptakannya berbagai bahan konstruksi yang tidak perlu merusak lingkungan, karena bukan barang tambang. Temuan yang akan memiliki dampak tidak kalah pentingnya adalah di bidang elektronika. Temuan di bidang ini melahirkan berbagai produk teknologi komunikasi, robot, dan laser.
Kemajuan di bidang teknologi komunikasi memungkinkan transaksi business lewat kaca komputer, sedangkan pengembangan robot memungkinkan lahirnya tenaga kerja robot untuk dunia industri. Kecermatan dan disiplin kerja robot sudah barang tentu akan melebihi kemampuan tenaga kerja manusia. Perkembangan bidang komputer telah memungkinkan dimanfaatkan dalam berbagai produk, seperti pilot automatics pada pesawat terbang, menjadikan rancang bangun produk semakin cepat dan cermat, memudahkan pelayanan jasa transportasi dan berbankan. Temuan-temuan di produk laser menghasilkan kemajuan di bidang ilmu kedokteran. Berbagai operasi akan dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan sinar laser. Perkembangan laser juga merupakan fondasi untuk perkembangan teknologi komunikasi lebih lanjut.
Temuan-temuan bidang teknologi akan terus berkembang karena adanya sifat saling mengkait antara temuan satu dengan temuan yang lain. Temuan di bidang bio-teknologi dikombinasikan dengan bidang material science akan mampu menghasilkan "bahan yang canggih". Bahan ini dikembangkan pada level "moleculer". Hasilnya, produk bahan baru ini akan lebih ringan, lebih kecil, lebih kuat dan lebih fleksibel, sehingga dapat digunakan sebagaimana yang diinginkan. Kombinasi ternuan bio-teknologi dan material science juga akan mempercepat perkembangan bidang komputer, dengan diketemukannya, produk sumber padat energi tinggi. Produksi-produksi elektronika memerlukan energi. Tanpa diketemukan produk sumber energi, pekembangan produk elekttronika akan terhambat. Sebaliknya, ternuan produk sumber energi yang lebih padat dan lebih tinggi kekuatannya, maka perkembangan produksi elektronika akan semakin meningkat. Temuan chip komputer akan memungkinkan seseorang membawa komputer dalam saku bajunya. Komputer tersebut sangat interaktif dan wireless. Multi fungsi terdapat dalam komputer, sebagai alat telepon, fax dan penyimpan data. Di samping itu, perkembangan industri komputer akan melahirkan "Edutainment", yakni pendidikan yang menjadi hiburan dan hiburan yang merupakan pendidikan. Dengan "Edutainment" proses pendidikan akan semakin menarik dan menghasilkan lulusan yang semakin berkualitas.
Dari uraian diatas profesi guru dihadapkan pada tantangan masa depan yang berbasis sain dan teknologi. Artinya guru harus mampu berkompetisi dalam mengejar ketertinggalan dengan anak didiknya yang dimungkinkan telah lebih dulu mengalami kemajuan dibanding gurunya. Hal ini untuk mengantisipasi martabat guru dihadapan anak didiknya semakin merosot.

3.2. Kecenderungan Perkembangan Ekonomi Global
Keberhasilan revolusi di bidang pertanian pada akhir abad XX telah mengurangi ketergantungan bangsa-bangsa Asia akan bahan makan dari luar negeri dan bahkan pada awal abad XXI ketergantungan tersebut akan dapat dihilangkan sama sekali. Sudah barang tentu hai ini akan meningkatkan kemampuan ekonomi nasional, khususnya neraca pembayaran.
Seiring dengan proses revolusi hijau, bangsa-bangsa di Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara telah memulai proses industrialisasi. Di penghujung abad XX dan memasuki abad XXI, bangsa-bangsa di Asia sedang mempercepat revolusi industri dalam jangka waktu 50 tahun yang di negaranegara Barat revolusi ini berlangsung selama 200 tahun. Pada awal abad XXI enam dari sepuluh besar negara-negara dengan GDP tertinggi akan diduduki oleh negara-negara di Asia: China, Jepang, India, Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand. Pertumbuhan pesat yang mungkin dapat disebutsebagai keajaiban ataupun keanehan, disebabkan oleh; a) kemampuan dalam mengelola sumber daya manusia, b) kerja keras penduduknya, baik dari kalangan buruh, pengusaha, ataupun pejabat pemerintah, c) orientasi achievement ekonomi di kalangan politikus, dan, d) kemampuan memobilisasi investasi. Pada tahun-tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia akan berlangsung sekitar 6 sampai dengan 10 persen per tahun, sebaliknya negara-negara lain hanya mampu tumbuh rata-rata sekitar 2 persen. Kecenderungan pertumbuhan ini merupakan daya tarik bagi para penanam modal asing. Sifat spiralitas akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia tersebut di atas akan semakin tinggi.
Perkembangan bidang bio-teknologi akan berdampak pada bidang ekonomi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko. Namun, di sisi lain kemajuan di bidang teknologi menyebabkan juga dunia industri tidak memerlukan tenaga kerja sebanyak pada masa sebelumnya. Hasilnya, penyerapan tenaga kerja tidak sebagaimana yang diharapkan.
Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.
Dari uraian diatas profesi guru dituntut untuk mampu bekerja sama dengan pihat terkait untuk mengembangkan pendidikan yang menghasilkan output didik yang profesional guna menyongsong kompetisi global dalam menduduki pekerjaan karena kemampuan menggunakan teknologi modern untuk melakukan pekerjaan. Ketinggalan teknologi akan berdampak kepada terpuruknya ekonomi disebabkan peran tenaga manusia banyak digantikan dengan mesin. Oleh karena
3.3. Kecenderungan Perkembangan Bidang Sosial Politik
Kemajuan di bidang teknologi yang diiringi dengan kemajuan di bidang ekonomi memiliki dampak sosio-politik dan kultural masyarakat. Kemajuan teknologi di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi, dan akan menyebabkan perubahan besar di bidang demografi.
Angkatan kerja muda di Indonesia dan di negara-negara Asia pada urnumnya mendominasi bagian penduduk. Mereka menguasai pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengoperasikan teknologi yang modern. Hal ini merupakan hasil dari keberhasilan di bidang pendidikan yang dapat memberikan kesempatan penduduk usia sekolah untuk mengikuti pendidikan formal. Angka partisipasi pendidikan di kawasan Asia sangat tinggi. Di bidang kesehatan kemajuan yang dicapai tidak kalah dengan bidang pendidikan. Perluasan fasilitas kesehatan sudah sampai pelosok desa, sehingga tingkat kesehatan penduduk meningkat, di samping angka pertumbuhan penduduk dan kematian bayi dan anak merosot tajam. Dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Tetapi, diramalkan pada awal abad XXI angka tersebut turun dengan drastis. Dengan nutrisi dan kesehatan yang semakin baik, tenaga kerja Indonesia akan semakin mampu bersaing di pasar internasional, mampu memanfaatkan sistem ekonomi dan politik modern, dan menjadi tentara yang mampu mengoperasionalkan persenjataan canggih.
Stabilitas politik telah dinikmati oleh sebagian besar negara-negara Asia, khususnya di Asia Timur dan Tenggara, dan lebih khusus lagi di Indonesia. Sistem pemerintahan di negara-negara sering disebut "soft authoritarian", di mana hak-hak asasi, perumahan, makan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja dan jaminan keselamatan dapat dipenuhi, tetapi kebebasan politik dibatasi. Memang, beberapa negara di Asia masih melaksanakan pemerintahan yang bersifat otoriter, seperti Myanmar.
Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan, keterampilan serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan kelas menengah di negara-negera Barat. Dapat diramalkan, kelas menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
Perubahan politik di negara-negara Asia, ditunjukkan oleh adanya proses regenerasi kepemimpinan. Kepemimpinan generasi pertama negara-negara Asia modern, seperti Sukarno dan Nehru, sudah diganti dengan generasi kedua atau bahkan generasi ketiga. Seperti di Jepang dari generasi Yoshida, sudah diganti dengan generasi kedua, Kiichi Miyazawa dan generasi ketiga Ryutaro Hashimoto. Demikian pula, Korea Selatan, dari generasi pertama, Syngman Rhee telah diganti genersi kedua, Chun Doo Hwan dan diganti generasi ketiga Kim Yung Sam. Sudah barang tentu peralihan generasi kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya dan substtansi politik yang diterapkan. Nafas kebebasan dan persamaan semakin kental.
Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan kesadaran regionalisme. Ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya kesadaran tersebut. Kesadaran itu akan terujud dalam bidang kerjasama ekonomi, sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.
Dari uraian diatas guru dituntut untuk mengantisipasi lahirnya generasi baru yang cenderung menuntut reformasi disegala bidang serta kebebasan berdemokrasi, dari kekangan dan pembatasan politik. Guru dituntut untuk memberikan bekal perubahan yang positif terhadap anak didiknya dalam menghadapi berbagai perubahan dimasa mendatang. Guru harus mampu mentranfer ilmu dan mampu memberi nasehat serta memberikan sentuhan kerohanian guna mensucikan jiwanya, karena hakekat pendidikan adlah menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa
3.4. Kecenderungan Perkembangan Bidang Kultural
Secara umum, abad XXI akan ditandai dengan munculnya kekuatan ras dan budaya baru. Bangsa-bangsa Asia tidak lagi sebagai warga yang harus taat pada hukum internasional Barat yang didominasi oleh tradisi Judeo-Christian, tetapi mereka juga menuntut untuk ikut menyusun hukum itu, yang dijiwai oleh Hindu, Budha, confusianisme dan Islam. Kedua tradisi tersebut, Barat dan Asia, di samping persamaan juga memiliki perbedaan yang tajam. Tradisi Barat lebih bersifat logis dan analitis, sedangkan tradisi Asia lebih bersifat intuitif dan seringkali emosional. Tradisi Barat menekankan hak-hak, sedangkan tradisi Asia lebih menekankan kewajiban. Tradisi Barat lebih menekankan pada individu, di Asia menekankan masyarakat. Di Barat keputusan diambil dengan voting, di Asia dengan musyawarah.
Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
Kekuatan baru negara-negara Asia akan mematahkan dominasi Barat di dunia intemasional. Malahan John Naisbitt dalam MegaTrend Asia, meramalkan perkembangan yang terjadi di negara-negara Asia merupakan perkembangan yang penting di dunia. Dampaknya tidak saja bagi bangsa Asia, tetapi juga bagi seluruh penghuni planet ini. Proses modernisasi yang berlangsung di Asia akan mempengaruhi perkembangan dunia pada abad XXI.
Perkembangan yang cepat di bidang teknologi, diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak kalah cepatnya akan berdampak pada aspek kultural dan nilai-nilai suatu bangsa. Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras. Namun, di sisi lain, kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental "instant". Dengan kata lain, kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi, khususnya pada dua dasawarsa terakhir ini, telah mengakibatkan kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi "kaya dalam materi tetapi rmskin dalam rohani".
Di dunia pendidikan, globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat cepat, yakni munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini, wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot. Kemerosotan wibawa orang tua dan guru dikombinasikan dengan semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
Di sisi lain, pengaruh-pengaruh pendidikan yang mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri, kesabaran, rasa tanggung jawab, solidaritas sosial, memelihara lingkungan baik sosial maupun fisik, hormat kepada orang tua, dan rasa keberagamaan yang dijudkan dalam kehidupan bermasyarakat, justru semakin melemah. Para pendidik, khususnya para guru, lebih khusus lagi para pendidik dan guru yang berkecimpung pada sekolah keagamaan atau sekolah yang dikelola oleh Organisasi Keagamaan, harus mengambil perhatian masalah ini dan mencari cara-cara pemecahannya.
Dari uraian diatas guru harus mampu menkombinasikan tiga penyangga yakni kemampuan menstranfer ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan nasehat serta bekal mensucikan jiwa terhadap anak didiknya ditengah – tengah budaya materialisme. Perang pemikiran atau perang budaya dimana pihak yang kuat akan menindas yang lemah. Dunia barat dengan budaya sekulerismenya telah mampu memporak porandakan nilai-nilai peradapan manusia yang luhur.

3.5. Guru di Indonesia
Di Indonesia jenjang pangkat guru tidak dirumuskan dalam peraturan yang jelas,meskipun dalam prakteknya ia dapat dipilih dan diangkat sebagai kepala sekolah selama paling lama 2 x 4 tahun dan dapat juga naik sebagai pengawas.Karena ketidakjelasan kriteria alur karier guru untuk menjadi pengelola dan operator sistem pendidikan seperti kepala sekolah atau pengawas dapat menjadi objek KKN sehingga guru tidak tertantang untuk berprestasi. Rekrutmen staf dan pegawai Depdiknas diambil dari berbagai latar belakang non keguruan.Sebagai akibatnya, apabila mereka mengalalmi promosi dan menduduki tempat yang berhubungan dengan pengambilan keputusan tentang pengembangan guru,maka tidak sedikit dari mereka yang tidak mempunyai wawasan yang tepat tentang dunia perguruan, sementara mereka harus mengambil keputusan keputusan penting tentang guru. Keadaan ini menyebabkan manajemen guru dan tenaga kependidikan menjadi tidak sistemik serta kehilangan kredibilitasnya dimata para guru. Misalnya sebagian keputusan itu menganggap guru sebagai tenaga administrasi, sehingga perlakuan terhadap guru cenderung mengabaikan kedudukan guru sebagai profesional dalam bidangnya, terlepas dari sejauh mana kah kadar profesionalisme tersebut yang dalam kenyataannya memang berbeda-beda. Pengurusan kenaikan pangkat guru yang berbelit-belit, terjadinya pungutan diluar ketentuan , pemaksaan guru untuk memakai berbagai jenis baju seragam, dan perlakuan yang tidak profesional terhadap guru kreatif merupakan beberapa praktik yang dapat dikatagorikan sebagai manifestasi dari perlakuan terhadap guru yang berakar pada wawasan yang keliru tentang profesi keguruan dan hakikat tugas-tugas guru.
Guru di Negara Maju, berdasarkan pengamatan dari berita-berita di media, profesi guru di luar negeri sangat dihargai. Dari segi pendapatan, gaji sangat jauh dibandingkan dengan gaji guru di Indonesi. Mereka mempunyai kesempatan mengembangkan potensi diri yang pada akhirnya nanti juga bermanfaat bagi anak didiknya..
4. Profil Pendidik Sekarang dan Masa Depan
Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan pendidikan nasional yang amat berat saat ini, mau tidak mau pendidikan harus dipegang oleh para manajer dan pemimpin yang sanggup menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang ada, baik pada level makro maupun mikro di sekolah.
Merujuk pada pemikiran Rodney Overton (2002) tentang profil manajer dan pemimpin yang dibutuhkan saat ini, berikut ini diuraikan secara singkat tentang 20 profil manajer dan pemimpin pendidikan yang yang dibutuhkan saat ini dan mendatang
4.1. Mampu menginspirasi melalui antusiasme yang menular.
Pendidikan harus dikelola secara sungguh-sungguh, oleh karena itu para manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan semangat dan kesungguhan di dalam melaksanakan segenap tugas dan pekerjaanya. Semangat dan kesungguhan dalam bekerja ini kemudian ditularkan kepada semua orang dalam organisasi, sehingga mereka pun dapat bekerja dengan penuh semangat dan besungguh-sungguh.
4.2. Memiliki standar etika dan integritas yang tinggi.
Penguasaan standar etika dan integritas yang tinggi oleh para manajer atau pemimpin pendidikan tidak hanya terkait dengan kepentingan kepemimpinan dalam organisasi, namun juga tidak lepas dari hakikat pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha untuk menciptakan manusia-manusia yang memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan sudah seharusnya dipegang oleh para manajer (pemimpin) yang memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi, sehingga pada gilirannya semua orang dalam organisasi dapat memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi.
4.3. Memiliki tingkat energi yang tinggi.
Mengurusi pendidikan sebenarnya bukanlah mengurusi hal-hal yang sifatnya sederhana, karena didalamnya terkandung usaha untuk mempersiapkan suatu generasi yang akan mengambil tongkat estafet kelangsungan suatu bangsa.di masa yang akan datang. Kegagalan pendidikan adalah kegagalan kelanjutan suatu generasi. Untuk mengurusi pendidikan dibutuhkan energi dan motivasi yang tinggi dari para manajer dan pemimpin pendidikan. Pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang memiliki ketabahan, daya tahan (endurance) dan pengorbanan yang tinggi dalam mengelola pendidikan.
4.4. Memiliki keberanian dan komitmen
Saat ini pendidikan dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah-ubah, yang menuntut keberanian dari para manajer (pemimpin) pendidikan untuk melakukan perubahan-perubahan agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang ada. Selain itu, pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya. Kehadirannya sebagai manajer (pemimpin) benar-benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan organisasi, yang didasari rasa kecintaannya terhadap pendidikan.
4.5. Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan bersikap nonkonvensional.
Saat ini permasalahan dan tantangan yang dihadapi pendidikan sangat kompleks, sehingga menuntut cara-cara penyelesaian yang tidak mungkin hanya dilakukan melalui cara-cara konvensional. Manajer (pemimpin) pendidikan yang memiliki kreativitas tinggi akan mendorong terjadinya berbagai inovasi dalam praktik-praktik pendidikan, baik pada tataran manjerialnya itu sendiri maupun inovasi dalam praktik pembelajaran siswa.
4.6. Berorientasi pada tujuan, namun realistis
Tujuan pendidikan berbeda dengan tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memahami tujuan-tujuan pendidikan. Di bawah kepemimpinnanya, segenap usaha organisasi harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen beserta seluruh substansinya. Pencapaian tujuan pendidikan disusun secara realistis, dengan ekspektasi yang terjangkau oleh organisasi, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.


4.7. Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi
Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan banyak komponen, yang di dalamnya membutuhkan upaya pengorganisasian secara tepat dan memadai. Bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, bagaimana mengoptimalkan kurikulum dan pembelajaran, bagaimana mengoptimalkan sumber dana, dan bagaimana mengoptimalkan lingkungan merupakan hal-hal penting dalam pendidikan yang harus diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga menuntut kemampuan khusus dari para manajer (pemimpin) pendidikan dalam mengorganisasikannya.
4.8. Mampu menyusun prioritas
Begitu banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dalam pendidikan sehingga menuntut para manajer (pemimpin) pendidikan untuk dapat memilah dan memilih mana yang penting dan harus segera dilaksanakan dan mana yang bisa ditunda atau mungkin diabaikan. Kemampuan manajer (pemimpin) pendidikan dalam menyusun prioritas akan terkait dengan efektivitas dan efisiensi pendidikan.
4.9. Mendorong kerja sama tim dan tidak mementingkan diri sendiri, upaya yang terorganisasi.
Kegiatan dan masalah pendidikan yang sangat kompleks tidak mungkin diselesaikan secara soliter dan parsial. Manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, baik yang berada dalam lingkungan internal maupun eksternal. Demikian pula, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mendorong para bawahannya agar dapat bekerjasama dengan membentuk team work yang kompak dan cerdas, sekaligus dapat meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.
4.10. Memiliki kepercayaan diri dan memiliki minat tinggi akan pengetahuan.
Masalah dan tantangan pendidikan yang tidak sederhana, menuntut para manajer (pemimpin) pendidikan dapat memiliki keyakinan diri yang kuat. Dalam arti, dia meyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dia juga memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, sosial, moral maupun intelektual. Keyakinan diri yang kuat bukan berarti dia lantas menjadi seorang yang “over confidence”, mengarah pada sikap arogan dan menganggap sepele orang lain.. Di samping itu, sudah sejak lama pendidikan dipandang sebagai kegiatan intelektual. Oleh karena itu, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan intelektualitas yang tinggi, dengan memiliki minat yang tinggi akan pengetahuan, baik pengetahuan tentang manajerial, pengetahuan tentang perkembangan pendidikan bahkan pengetahuan umum lainnya.
4.11. Sesuai dan waspada secara mental maupun fisik.
Tugas dan pekerjaan manajerial pendidikan yang kompleks membutuhkan kesiapan dan ketangguhan secara mental maupun fisik dari para manajer pendidikan. Beban pekerjaan yang demikian berat dan diluar kapasitas yang dimilikinya dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Agar dapat menjalankan roda organisasi dengan baik, seseorang manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat menjaga dan memelihara kesehatan fisik dan mentalnya secara prima. Selain itu, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat memperhatikan kesehatan mental dan fisik dari seluruh anggota dalam organisasinya.
4.12. Bersikap adil dan menghargai orang lain.
Dalam organisasi pendidikan melibatkan banyak orang yang beragam karakteristiknya, dalam kepribadian, keyakinan, cara pandang, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sebagainya. Kesemuanya itu harus dapat diperlakukan dan ditempatkan secara proporsional oleh manajer (pemimpin). Manajer (pemimpin) pendidikan harus memandang dan menjadikan keragaman karakteristik ini sebagai sebuah kekuatan dalam organisasi, bukan sebaliknya.
4.13. Menghargai kreativitas
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sentuhan kreativitas dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya menajer (pemimpin) yang dituntut untuk berfikir kreatif, tetapi semua orang dalam organisasi harus ditumbuhkan kreativitasnya. Pemikiran kreatif biasanya berbeda dengan cara-cara berfikir pada umumnya. Dalam hal ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mengakomodasi pemikiran-pemikiran kreatif dari setiap orang dalam organisasi, yang mungkin saja pemikiran-pemikiran itu berbeda dengan sudut pandang yang dimilikinya.
4.14. Menikmati pengambilan resiko.
Tatkala keputusan untuk berubah dan berinovasi telah diambil dan segala resiko telah diperhitungkan secara cermat. Namun dalam implementasinya, tidak mustahil muncul hal-hal yang berasa di luar dugaan sebelumnya, maka dalam hal ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap menunjukkan ketenangan, keyakinan dan berusaha mengendalikan resiko-resiko yang muncul. Jika memang harus berhadapan dengan sebuah kegagalan, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap dapat menunjukkan tanggung jawabnya, tanpa harus mencari kambing hitam dari kegagalan tersebut. Selanjutnya, belajarlah dari pengalaman kegagalan tersebut untuk perbaikan pada masa-masa yang akan datang..
4.15. Menyusun pertumbuhan jangka panjang
Kegiatan pendidikan bukanlah kegiatan sesaat, tetapi memiliki dimensi waktu yang jauh ke depan. Seorang manajer (pemimpin) pendidikan memang dituntut untuk membuktikan hasil-hasil kerja yang telah dicapai pada masa kepemimpinannya, tetapi juga harus dapat memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan organisasi, jauh ke depan setelah dia menyelesaikan masa jabatannya. Kecenderungan untuk melakukan praktik “politik bumi hangus” harus dihindari. Yang dimaksud dengan “politik bumi hangus” disini adalah praktik kotor yang dilakukan manajer (pemimpin) pendidikan pada saat menjelang akhir jabatannya, misalnya dengan cara menghabiskan anggaran di tengah jalan, atau merubah struktur organisasi yang sengaja dapat menimbulkan chaos dalam organisasi, sehingga mewariskan masalah-masalah baru bagi manajer (pemimpin) yang menggantikannya.
4.16. Terbuka terhadap tantangan dan pertanyaan.
Menjadi manajer (pemimpin) pendidikan berarti dia akan dihadapkan pada sejumlah tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi, merentang dari yang sifatnya ringan hingga sangat berat sekali. Semua itu bukan untuk dihindari atau ditunda-tunda tetapi untuk diselesaikan secara tuntas.
4.17. Tidak takut untuk menantang dan mempertanyakan.
Selain harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sudah ada (current problems) secara tuntas, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian untuk memunculkan tantangan dan permasalahan baru, yang mencerminkan inovasi dalam organisasi. Dengan demikian, menjadi manajer (pemimpin) pendidikan tidak hanya sekedar melaksanakan rutinitas dan standar pekerjaan baku, tetapi memunculkan pula sesuatu yang inovatif untuk kemajuan organisasi.

4.18. Mendorong pemahaman yang mendalam untuk banyak orang.
Kegiatan pendidikan menuntut setiap orang dalam organisasi dapat memahami tujuan, isi dan strategi yang hendak dikembangkan dalam organisasi. Manajer (pemimpin) pendidikan berkewajiban memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi dapat memahaminya secara jelas, sehingga setiap orang dapat memamahi peran, tanggung jawab dan kontribusinya masing-masing dalam organisasi. Selain itu, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mengembangkan setiap orang dalam organisasi untuk melakukan perbuatan belajar sehingga organisasi pendidikan benar-benar menjadi sebuah learning organization.
4.19. Terbuka terhadap ide-ide dan pandangan baru.
Pandangan yang keliru jika pendidikan dipandang sebagai sebuah kegiatan monoton dan rutinitas belaka. Pendidikan harus banyak melahirkan berbagai inovasi yang tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan itu sendiri tetapi juga kepentingan di luar pendidikan. Untuk dapat melahirkan inovasi, manajer (pemimpin) pendidikan harus terbuka dengan ide-ide dan pandangan baru, baik yang datang dari internal maupun eksternal, terutama ide dan pandangan yang bersumber dari para pengguna jasa (customer) pendidikan.
4.20. Mengakui kesalahan dan beradaptasi untuk berubah.
Asumsi yang mendasarinya adalah manajer (pemimpin) pendidikan adalah manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Jika melakukan suatu kesalahan, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian untuk mengakui kesalahannya tanpa harus mengorbankan pihak lain atau mencari kambing hitam. Lakukan evaluasi dan perbaikilah kesalahan pada masa-masa yang akan datang. Jika memang kesalahan yang dilakukannya sangat fatal, baik secara moral, sosial, maupun yuridis atau justru dia terlalu sering melakukan kesalahan mungkin yang terbaik adalah adanya kesadaran diri bahwa sesungguhnya dia tidak cocok dengan tugas dan pekerjaan yang diembannnya, dan itulah
5. Bagaimana Cara Guru Belajar
Perubahan paradigma pendidikan yang cukup dramatis pada saat sekarang ini, mau tidak mau menuntut para guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu melalui belajar secara terus menerus. Dengan demikian, tuntutan untuk belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya, tetapi guru itu sendiri pun justru dituntut untuk senantiasa belajar tentang bagaimana mengajar yang baik. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar, diantaranya:
5.1. Guru belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya
Cara belajar guru yang pertama ini dilakukan melalui usaha untuk senantiasa memonitor, menganalisis dan melakukan refleksi atas setiap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Melalui cara seperti ini guru akan memperoleh sejumlah pengetahuan dan pemahaman baru (the best practice) tentang siswa, sekolah, kurikulum, dan berbagai strategi pembelajaran. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (1, 2) merupakan salah satu bentuk cara belajar guru semacam ini (Cochran-Smith and Lytle, 1993).
5.2 .Guru belajar melalui interaksi dengan guru lain
Cara belajar guru yang kedua dapat dilakukan melalui interaksi dengan guru lain, baik secara formal maupun informal. Secara formal, misalnya melalui kegiatan mentoring (tutorial) yang dilakukan oleh guru senior yang berpengalaman terhadap guru baru (novice), berdasarkan penugasan secara resmi dari sekolah. Dalam hal ini, guru baru dapat menimba berbagai pengetahuan dan keterampilan dari mentornya (Feiman-Nemser and Parker, 1993). Sedangkan secara informal dapat dilakukan melalui kegiatan pembicaraan yang tidak resmi, misalnya pada saat berada di ruang guru, halaman sekolah dan tempat-tempat lainnya yang sifatnya tidak resmi. Bentuk lain belajar melalui interaksi dengan guru lain adalah melalui kegiatan MGMP/MGBK dan pertemuan profesional lainnya, dimana guru dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan. Kegiatan supervisi pembelajaran, baik oleh guru senior, kepala sekolah maupun pengawas sekolah, termasuk ke dalam kategori cara belajar ini. Demikian juga, program lesson study merupakan salah satu bentuk cara belajar guru melalui interaksi dengan guru lain.
5.3. Guru belajar melalui ahli/konsultan
Cara yang ketiga, guru dapat belajar melalui ahli/konsultan. Dalam kegiatan ini, sekolah menyediakan seorang atau beberapa orang ahli/konsultan khusus dari luar untuk membelajarkan para guru di sekolah. Secara berkala, ahli/konsultan tersebut dihadirkan di sekolah untuk membelajarkan guru, misalnya dalam bentuk workshop atau layanan konsultasi. Melalui cara ini, para guru akan memperoleh pemahaman tentang berbagai inovasi pendidikan sekaligus memperoleh bimbingan dalam penerapannya. Dalam konteks ini, pengawas sekolah (educational supervisor) seyogyanya dapat diposisikan sebagai tenaga konsultan yang dibutuhkan untuk kepentingan peningkatan kemampuan guru.
5.4. Guru belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman
Asumsi yang mendasari cara yang keempat ini, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang, semakin lebih baik pula tingkat kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan guru, seyogyanya guru didorong untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan pendalaman akademik. Pendidikan lanjutan artinya guru melanjutkan studi sesuai dengan bidangnya, misalkan seorang guru Bimbingan dan Konseling yang sudah memiliki tingkat pendidikan S1, kemudian dia melanjutkan lagi studinya ke S2 Program Magister Bimbingan dan Konseling, dan seterusnya. Sedangkan pendidikan pendalaman, bisa dilakukan melalui kursus-kursus dan pendidikan alternatif yang relevan. Misalnya, guru Ekonomi yang berlatarbelakang S1 Pendidikan Ekonomi, untuk pendalaman bidang akademiknya dia bisa mengikuti pendidikan S1 alternatif di Fakultas Ekonomi.Di samping memperoleh kemampuan yang lebih baik, kegiatan pendidikan lanjutan berkolerasi pula dengan tingkat penghasilannya (Renyi, 1996). Di Amerika, kegiatan pendidikan pendalaman banyak dilakukan pada musim summer atau setelah selesai jam sekolah. Demikian pula, di negara-negara tertentu, guru-guru banyak mengikuti program in service trainning dengan dititipkan (pencangkokan) di Perguruan Tinggi untuk beberapa lama.
5.5 .Guru belajar melalui cara yang terpisah dari tugas profesionalnya.
Cara yang kelima ini, guru belajar tentang hal-hal yang sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan tugas-tugas profesionalnya, seperti pengembangan kemampuan intelektual dan moral terkait perannya sebagai orang tua, mengikuti pelatihan sebagai pengurus organisasi di masyarakat, pelatihan kepemimpinan dalam bisnis dan sebagainya. “They learn about nondidactic forms of instruction…”, demikian dikemukan oleh Lucido (1988). Meski tidak berhubungan langsung dengan tugas profesionalnya, beberapa hasil-hasil pelatihan tersebut dapat ditransfer untuk kepentingan penguatan kemampuannya sebagai guru.

6. Kebijaksanaan yang membuat guru unggul
Kebijakan dalam pendidikan yang ditujukan untuk membangun kesadaran baru, yaitu suatu kesadaran baru bahwa suatu hari Indonesia tidak bisa bertumpu pada sumberdaya alam lagi. Diperlukan model mental pembangunan yaitu menjadikan manusia dan masyarakat berkualitas sebagai penghela kemajuan dan poros pembangunan bangsa.Semua kebijakan yang dibuat harus mengacu kepada kualitas esensi prinsip manajemen ( Nanang Fatta,2001 ha. 12 ),yakni :

1). Penentuan cara / Metode Kerja;
2). Pemilihan pekerja( Guru ) dan pengembangan keahliannya;
3). Pemilihan prosedur kerja;
4). Penentuan Batas-batas tugas;
5). Mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas;
6). Melakukan pendidikan dan latihan;
7). Penentuan Sistem dan besarnya imbalan.
7. Kesimpulan
7.1. Menjelang perubahan wajah dunia, Guru dihadapkan pada tantangan eksternal dan internal yaitu
7.1.1. Perkembangan Sain Dan Teknologi
Perkembangan teknologi pada akhir abad XX ini berlangsung sangat cepat, terutama bertumpu pada tiga bidang: bio-teknologi, material science atau teknologi bahan dan teknologi Elektronika dan Komputer.
7.1.2. Kecenderungan Perkembangan Ekonomi Global

Keberhasilan revolusi di bidang pertanian pada akhir abad XX telah mengurangi ketergantungan bangsa-bangsa Asia akan bahan makan dari luar negeri.

7.1.3. Kecenderungan Perkembangan Bidang Sosial Politik

Kemajuan di bidang teknologi yang diiringi dengan kemajuan di bidang ekonomi memiliki dampak sosio-politik dan kultural masyarakat. Kemajuan teknologi di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi, dan akan menyebabkan perubahan besar di bidang demografi.

7.1.4. Kecenderungan Perkembangan Bidang Kultural
Secara umum, abad XXI akan ditandai dengan munculnya kekuatan ras dan budaya baru. Bangsa-bangsa Asia tidak lagi sebagai warga yang harus taat pada hukum internasional Barat yang didominasi oleh tradisi Judeo-Christian, tetapi mereka juga menuntut untuk ikut menyusun hukum itu, yang dijiwai oleh Hindu, Budha, confusianisme dan Islam.
7.1.5. Guru di Indonesia
Di Indonesia jenjang pangkat guru tidak dirumuskan dalam peraturan yang jelas samapai pelaksanaannya.
7.2. Guru diharapkan mampu memberdayakan dirinya dengan:
7.2.1. Memiliki kemampuan sesuai profil Guru sekarang dan Mendatang, yakni :
a. mampuan menginspirasi melalui antusiasme yang menular.
b. standar etika dan integrasi yang tinggi
c. memiliki tingkat energi yang tinggi
d. memiliki keberanian dan komitmen
e. memiliki tingkat kreatifias yang tinggi dan bersikap nonkonvensional
f. berorientasi pada tujuan
g. mempunyai kemampuan organisasi yang tinggi
g. mampu menyusun prioritas
i. mendorong kerjasama tim dan tidak mementingkan diri sendiri dst..


7.2.2. mampu membelajarkan dirinya sendiri dengan :
a. belajar dari praktek pembelajaran yang dilakukan;
b. belajar melelui interaksi dengan guru lain;
c. belajar melalui Ahli / Konsultan;
d. belajar melalui pendidikan lanjut dan pendalaman;
e. belajar melalui cara terpisah dari tugas profesionalny.

Penyebaran Pendidikan di Kab. Lamongan



Ini adalah peta penyebaran lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai SLTA di kabupaten Lamongan tahun 2006.

dari peta terlihat,bahwa pendidikan menengah umum masih mendominasi,sementara program Diknas 70 % SMK dan 30% SMU tahun 2015 masih jauh dari jangkauan, maka di kabupaten Lamongan masih banyak dibutuhkan SMK baru yang sekaligus membutuhkan tenaga Guru SMK sesuai kebutuhan daerah,agar bisa mengembangkan potensi yang tersedia.